Kota, Waktu, Puisi

Authors

  • Goenawan Mohamad Komunitas Salihara

DOI:

https://doi.org/10.54154/dekonstruksi.v9i01.131

Keywords:

Kota, Fantasmagoria, Waktu, Jakarta, Chairil Anwar

Abstract

Ketika individu berubah jadi himpunan, manusia jadi acuh tak acuh kepada kefanaannya sendiri yang sunyi. Waktu tak menimbulkan gentar. Kefanaan itu kini hampir sepenuhnya berada dengan sebuah jarak, di luar diri. Waktu yang menggerogoti usia datang seperti gigi yang gemertak. Orang-orang hanya pasif. Pada gilirannya, kepadatan dan mobilitas menyentuh tempat tinggal itu sendiri. Ketika sebuah ruang tinggal kian dialami sebagai komoditas – yang nilai gunanya telah diubah jadi nilai tukar --  maka keadaan transit jadi lengkap. Tapi justru di dalam keadaan itulah terjadi apa yang oleh Walter Benjamin disebut sebagai “fantasmagoria dari yang-interior”. Menurut Goenawan Mohamad, dalam tiap keadaan yang tak stabil dan mengalir lekas dari luar, ada dorongan hati manusia untuk menemukan yang tetap dan mengklaim kembali sifat permanen dalam tiap ruang privat.

Downloads

Published

2022-12-19

How to Cite

Goenawan Mohamad. (2022). Kota, Waktu, Puisi. Dekonstruksi, 9(01), 58–61. https://doi.org/10.54154/dekonstruksi.v9i01.131