Chairil, Puisinya, dan Filsafatnya
DOI:
https://doi.org/10.54154/dekonstruksi.v9i03.178Keywords:
Chairil Anwar, H.B. Jassin, Penguasa Jepang, Puisi, Kartu PosAbstract
SURAT-SURAT (tepatnya kartu pos) Chairil Anwar kepada Jassin adalah obrolan antarteman. Ia bicara pada orang-seorang. Chairil sadar benar bahwa dia sedang bicara dengan seorang yang mungkin paling memahami dia di antara teman-temannya yang lain kala itu. Atau paling tidak teman yang paling bisa dan mau mendengarkan keluh-kesahnya. Tapi kenapa kartu pos, layanan pos tanpa amplop dan itu artinya sifat tertutup-personalnya menjadi hilang? Mungkin karena sensor, dengan amplop tertutup pun akan tetap dibuka juga sebelum sampai ke penerima. Masa-masa itu adalah tahun di mana penguasa Jepang mengendalikan segalanya. Mungkin juga karena Chairil merasa tak apa juga apabila orang lain selain Jassin tahu apa pesan yang ingin ia sampaikan. Memang isi kartu pos Chairil kepada Jassin adalah pikiran-pikirannya, kegelisahan-kegelisahannya sebagai penulis, tak ada urusan pribadi.