Membaca Keugaharian: Anak Bajang Mengayun Bulan

Authors

  • Beda Holy Septianno STF Driyarkara

DOI:

https://doi.org/10.54154/dekonstruksi.v10i02.236

Keywords:

Sumantri, Sukrosono, keugaharian, baik, jelek

Abstract

Novel Anak Bajang Mengayun Bulan (disingkat ABMB) merampaikan drama berjenjang tentang pergulatan kakak-beradik, Sumantri dan Sukrosono. Kisah yang ditilik secara baru dari jagad pewayangan ini tidak mengulang cerita kebesaran kesatria Sumantri, tetapi memerankan Sukrosono yang antihero itu menjadi tabib bagi penyakit heroisme dan kecerobohan kakaknya, Sumantri. Pembacaan kedua tokoh fiktif tersebut dihadapkan dalam bingkai teori keugaharian (Sophrosune) menurut dialog  Xarmides karangan Plato. Tulisan ini menghindari perunutan kronik definisi-definisi keugaharian Xarmides pada ABMB, seolah Sumantri-Sukrosono lekas dimengerti hanya dalam bingkai Xarmides. Selain memang mengadopsi “ajaran” keugaharian Plato, proses pertentangan dan kesamaan Sumantri-Sukrosono dengan khasnya menelurkan inti keugaharian adalah adanya “yang jelek”.

Downloads

Published

2024-03-18

How to Cite

Septianno, B. H. (2024). Membaca Keugaharian: Anak Bajang Mengayun Bulan. Dekonstruksi, 10(02), 84–90. https://doi.org/10.54154/dekonstruksi.v10i02.236