Mengeja Erotika
DOI:
https://doi.org/10.54154/dekonstruksi.v9i01.134Keywords:
Erotika, Wanita, Tradisi, WarnaAbstract
Tema erotika dalam seni rupa Indonesia telah lama ditinggalkan, terutama pada periode setelah Reformasi 1998. Hal ini terjadi karena masyarakat semakin puritan dan desakan segelitir Ormas yang menginginkan seni itu tunduk pada kaidah agama tertentu. Di penghujung tahun 2022 diadakan pameran bertema erotika untuk menghidupkan kembali tradisi seni rupa yang telah hidup ratusan tahun lalu di Indonesia. Pameran diadakan di Bali karena alasan pandemi dan sikap masyarakat Bali yang lebih permisif pada kreatifitas seni. Namun banyak seniman masih terlihat malu-malu dalam memanifestasikan aspek erotis dalam karya-karyanya: ketubuhan terlihat disamarkan, demikian yang dirasakan AS Kurnia sebagai kurator pameran.