Kemolekan yang Ambivalen: Membaca Lukisan Mooi Indie dengan Perspektif Pascakolonialisme
DOI:
https://doi.org/10.54154/dekonstruksi.v9i03.169Keywords:
mooi indie, postcolonialism, ambivalency, patron-clientAbstract
Periode merebaknya karya-karya lukis mooi indie di Hindia Belanda merupakan sebuah potongan sejarah seni rupa Indonesia yang bercerita mengenai pertemuan antara teknik dan estetika seni rupa barat dengan gagasan tentang moleknya panorama Hindia Belanda (Indonesia). Artikel ini kemudian menganalisis periode tertentu dengan menggunakan perspektif teoritis Pascakolonialisme untuk menjawab beberapa pertanyaan, yaitu: (1) Uraian macam apa yang dapat disusun tentang seni lukis mooi indie? (2) Gejala sosial-budaya apa yang dapat dijadikan landasan argumentasi? dan (3) Bagaimana seni lukis mooi indie tersebut menggerakan dialog seni rupa di Indonesia? Dengan menggunakan metode studi pustaka dan dan pendekatan dekonstruksi sebagai kerangka kerjanya, maka didapatkan kesimpulan bahwa seni lukis mooi indie adalah contoh yang baik untuk mengejawantahkan fenomena ambivalensi subjek terjajah akibat pola hubungan patron-klien pada relasi dalam medan seni rupa Hindia Belanda. Implikasinya, keindahan alam dan eksotisme penduduk Hindia Belanda yang termanifestasikan dalam objek-objek lukisan mooi indie semakin menegaskan Hindia Belanda sebagai “Timur” yang dikonstruksi melalui cara pandang Orientalisme ala orang-orang Eropa, khususnya Belanda, sebagai “Barat”.