Menjawab Gugatan Chaos Versus Cosmos
DOI:
https://doi.org/10.54154/dekonstruksi.v11i02.282Keywords:
chaos, cosmos, teodise, kebebasan, solidaritas, imanAbstract
Makalah ini mengeksplorasi pertanyaan teologis mendasar terkait keberadaan kekacauan dan ketidakteraturan (chaos) dalam realitas dunia yang diyakini diciptakan Allah secara teratur (cosmos). Berangkat dari refleksi atas fenomena bencana alam, seperti tsunami Aceh tahun 2004 dan letusan Gunung Lewotobi tahun 2024, penulis mengajukan pendekatan untuk memahami dan mendamaikan dualitas chaos dan cosmos dalam perspektif iman. Kekacauan dipahami sebagai bagian dari dinamika kebebasan manusia dan proses ilahi yang tak sepenuhnya terjangkau oleh akal budi manusia. Makalah ini menawarkan dua pendekatan utama: pertama, mengolah chaos sebagai bagian dari peziarahan iman yang membawa potensi pertumbuhan spiritual; kedua, menyusun narasi keteraturan ilahi yang memberikan makna dalam menghadapi ketidakteraturan. Dengan mengintegrasikan pandangan Agustinus tentang kejahatan sebagai privatio boni dan ajaran Stoa tentang fokus pada hal-hal yang dapat dikendalikan, karya ini menggarisbawahi pentingnya respons aktif berupa empati, solidaritas, dan tindakan nyata dalam menghadapi kekacauan. Kesimpulannya, chaos bukanlah akhir dari tatanan ilahi, melainkan momen yang menuntut partisipasi manusia dalam mewujudkan kebaikan, selaras dengan teladan Yesus. Makalah ini menekankan bahwa usaha mendamaikan chaos dan cosmos adalah panggilan iman untuk memperjuangkan keteraturan hingga kesempurnaan akhir yang dijanjikan Allah.