Pasca-humanisme, Puisi, dan Chat-GPT
DOI:
https://doi.org/10.54154/dekonstruksi.v9i04.187Keywords:
Pasca-humanisme, Puisi, Chat-GPT, Deleuze, Guatarri, Nietzsche, Rhizome, Manusia, MesinAbstract
Ada keyakinan bahwa manusia berada unggul di atas alam, ia penakluk dunia. Tapi kemudian datang pemikiran baru bahwa humanisme yang mengunggulkan manusia itu digugat. Mulai diragukan asumsi manusia sebagai pusat dan sumber sejarah. Manusia itu hasil bentukan wacana yang belum lama umurnya, dan mungkin tak lama lagi bisa berakhir. Namun Transhumanisme merayakan prestasi pengukuhan manusia, dan kemampuan memperkuat dirinya dengan menggunakan teknologi tinggi— sebuah ide yang tersirat dalam imajinasi dan eksperimen cyborg. Dengan bersemangat “para transhumanis” ingin meningggalkan tubuh mereka untuk mereproduksi “manusia” sebagai produk teknologi tinggi.