Tentang Airlangga

Authors

  • Goenawan Mohamad Komunitas Salihara

DOI:

https://doi.org/10.54154/dekonstruksi.v10i04.275

Keywords:

Ego, manusia, Airlangga, turun takhta, Manusia Mulia, Ubermensch, Nietzsche, Moksa

Abstract

Tiga perempat dari masa pemerintahannya, dari 1019 sampai 1043,  Airlangga menginvasi wilayah-wilayah yang dulu setia kepada Darmawangsa. Namun ketika ia berusia 53 tahun, Airlangga memutuskan untuk turun tahta. Bukan karena faktor usia, ia memutuskan  berhenti berkuasa karena ingin berpaling membelakangi keburukan dan bersungguh-sungguh menghapus noda buruk di tangan. Manusia yang mulia justru siap hidup dalam keadaan itu. Dengan ikhlas ia tak hendak menguasai lingkungan sekitarnya. Di Bumi, ia menyisihkan ego-nya, bercengkrama dengan apa yang di langit, dengan penghuni alam, dan sesama makhluk yang fana. Ia merasakan betapa kayanya kehidupan,  justru dengan membebaskan diri dari berbagai hal.

Downloads

Published

2024-09-30

How to Cite

Mohamad, G. (2024). Tentang Airlangga. Dekonstruksi, 10(04), 45–47. https://doi.org/10.54154/dekonstruksi.v10i04.275