Aku Dalam Puisi Sebuah catatan untuk sajak-sajak Toeti Heraty
DOI:
https://doi.org/10.54154/dekonstruksi.v5i01.75Keywords:
Plato, puisi, filsafat, Toeti HeratyAbstract
Puisi hidup dengan hal-hal yang tak akan kekal, tak esensial, hanya aksidental. Tiap kali, yang fana, yang rentan, yang kebetulan dan tak disangka-sangka justru membuat kita (dan puisi) jadi hidup, antara asyik dan murung, dan kita seakan-akan tergugah, berseru. Sifat puisi yang seperti itulah yang membuat Plato mengatakan bahwa ada “perseteruan purba antara puisi dan filsafat”. Demikian yang ditulis Goenawan Mohamad ketika membahas sajak-sajak Toeti Heraty. Selain sebagai penyair dan kolektor seni, almarhumah Toeti Heraty juga seorang filsuf, disertasinya kemudian dibukukan menjadi Aku Dalam Budaya (1984).