Memaknai Ulang Korporealitas dan Ruang Pengecualian dari Pameran Sejengkal Kurang Sedepa Nandang Gumelar Wahyudi
DOI:
https://doi.org/10.54154/dekonstruksi.v11i01.291Keywords:
korporealitas, ruang pengecualian, perlawanan seni kontemporer, simbolisme mistis-magisAbstract
Tulisan ini bertujuan untuk memaknai ulang konsep korporealitas dan spasialitas vakum yang dihadirkan dalam pameran Sejengkal Kurang Sedepa karya Nandang Gumelar Wahyudi, yang dikenal dengan nama Nandanggawe. Pameran ini menghadirkan narasi kompleks yang memadukan elemen-elemen simbolik, mistik, serta kritik sosial yang tertuang dalam karya seni rupa dua dan tiga dimensi. Masalah utama yang diidentifikasi dalam tulisan ini adalah bagaimana Nandanggawe mendialogkan kuasa ruang dan tubuh politisnya. Metode analisis yang dipergunakan adalah intertekstualitas tanggapan-tanggapan karya-karya Nandanggawe yang ditampilkan dalam pameran, serta pendekatan teoretis Agamben tentang ruang pengecualian. Pembahasan menunjukkan bahwa Nandanggawe mampu menghadirkan ruang dialog yang menginterjeksi sublimasi kekuasaan, saat tubuh dan ruang menjadi medium yang berperan sebagai instrumen aktivisme subtil. Simbol-simbol tribal dan artefak hibrida dipergunakan Nandanggawe untuk menggarisbawahi interaksi kompleks tersebut. Dengan dialog paratekstual yang disuguhkannya, Nandanggawe mengundang pengamat untuk memikirkan kembali batas-batas samar dimensi politis dan estetis.